Jangan Sampai Lupa! Lima Kesalahan Umum dalam Menerbitkan Berita Blockchain yang Harus Dihindari
Blockchain telah menjadi tren besar di berbagai industri, termasuk di Indonesia. Banyak media atau individu yang mulai menulis tentang teknologi revolusioner ini. Namun, seringkali artikel berita blockchain tidak disajikan dengan baik, justru karena beberapa kesalahan umum yang sering terjadi. Jika Anda seorang penulis atau content creator yang tertarik dengan blockchain, penting untuk menghindari lima kesalahan umum ini saat menerbitkan artikel berita blockchain.
Kesalahan 1: Tidak Mengidentifikasi Sumber Informasi dengan BenarSalah satu kesalahan paling umum dalam menulis berita blockchain adalah ketiadaan identifikasi sumber informasi yang jelas. Banyak penulis yang terlalu cepat menyebarluaskan “berita” tanpa memastikan keakuratan data dari sumber terpercaya seperti whitepaper resmi, laporan lembaga keuangan, atau data dari Binance Research.
Contohnya adalah ketika seseorang menyebarkan klaim tentang penemuan besar dalam teknologi blockchain tanpa merujuk ke laporan ilmiah atau konsensus industri. Akibatnya, informasi tersebut bisa menjadi fitnah atau hoaks yang merugikan proyek dan pengembang teknologi.
Cara Menghindari: Selalu verifikasi fakta dengan sumber primer seperti GitHub repository, karya akademik di arsip digital seperti arXiv, atau situs resmi badan regulasi seperti SEC dan Komisi Jasa Keuangan (OJK). Jika tidak yakin, mintalah pendapat ahli atau tim teknis.
Kesalahan 2: Mengabaikan Penjelasan Istilah TeknisBlockchain adalah teknologi kompleks yang penuh istilah teknis seperti smart contract, hash, mining, hingga consensus mechanism. Banyak penulis gagap untuk menjelaskan istilahistilah tersebut secara mudah dimengerti.
Dampak: Artikel jadi sulit dibaca dan kurang efektif menyampaikan pesan utamanya. Pembaca awam mungkin bingung dan putus membaca.
Cara Menghindari: Jelaskan setiap istilah teknis dengan kalimat sederhana. Misalnya: “Smart contract adalah kontrak otomatis yang dieksekusi begitu semua syaratnya terpenuhi—seperti otomatis mentransfer aset setelah pembayaran dilakukan.” Gunakan analogi seharihari untuk memudahkan pemahaman.
Kesalahan 3: Tidak Memverifikasi Kredibilitas SumberSelain sumber informasinya tidak jelas, banyak juga penulis yang tidak mempertimbangkan kredibilitas sumber itu sendiri. Misalkan Anda mengutip pernyataan CEO startup DeFi tanpa melihat track record mereka atau data dukung dari lembaga independen.
Contoh: Seorang tokoh blockchain mengklaim proyeknya “mendominasi pasar DeFi global” hanya dengan presentasi power point tanpa data analitik dari Chainalysis atau Dune Analytics. Klaim semacam itu bisa merugikan investor retail.
Tips: Selalu cek reputasi narasumber dan pastikan klaimnya didukung bukti empiris. Jika perlu, bandingkan dengan laporan riset pasar terkait.
Kesalahan 4: Menggambarkan Blockchain sebagai Solusi UniversalInilah kesalahan fatal lainnya—menganggap bahwa blockchain bisa menyelesaikan semua masalah. Padahal, teknologi ini punya batasan sendiri seperti kecepatan transaksi (kasus Bitcoin vs Visa) atau masalah skalabilitas (Ethereum sebelum hard fork Constantinople).
Akibat: Pembaca salah paham bahwa blockchain itu sempurna sehingga menyebarluaskan aplikasiaplikasi spekülatif yang tidak realistis.
Cara Bijak: Jelaskan secara objektif kelebihan dan kekurangan blockchain dibandingkan teknologi lain. Bandingkan dengan solusi alternatif seperti cloud computing untuk kasus pengolahan data biasa.
Kesalahan 5: Tidak Menjelaskan Aspek Regulasi dan Risiko NyataBanyak artikel hanya fokus pada potensi profit tanpa menyentuh risiko hukum maupun finansial. Di Indonesia sendiri, regulasi DeFi dan token masih kabur—bisabisa proyek Anda dituduhkan melanggar UU ITE atau Pasar Modal!
Contoh Nyata: Platform DeFi populer di Eropa akhirakhir ini digencarkan klaim investasinya aman—padahal ada risiko rug pull karena lack of regulation. Di Indonesia pun mulai ada proyek DeFi yang bermasalah karena minim edukasi risiko dari media.
Saran Penulisan: Beritakan tidak hanya peluang tetapi juga ancaman seperti smart contract vulnerability, penipuan token (scam), serta dampak pajak (PPh final) bagi investor retail.
Mengapa Penting? Bagaimana Meningkatkan Kualitas Berita Blockchain?Dalam era disinformasi tinggi seperti sekarang, publik butuh narasi berita blockchain yang sehat—tidak hanya spekulatif tapi juga edukatif dan bertanggung jawab. Media profesional harus mengedepankan fakta bukan emosi; memberi ruang diskusi ilmiah bukan hoaks; serta melibatkan narasumber dari berbagai kalangan (insider teknologi hingga regulator).
Kalau kita semua mulai waspada terhadap lima kesalahan umum ini saat menerbitkan artikel berita blockchain—maka dunia crypto di Indonesia akan lebih aman dan bermanfaat untuk para pemangku kepentingan!
Sekarang giliran Anda! Sudahkan Anda mulai menghindari kesalahankesalahan tersebut? Share pendapat Anda di kolom komentar!